Disnaker Magetan Klaim Job Fair 2025 Bukan Hanya Seremonial

- Digelar hybrid, 67 perusahaan terlibat, baik offline maupun online
- Upaya serius tekan pengangguran dengan pendaftaran daring dan evaluasi perusahaan peserta
- Pelamar andalkan strategi masing-masing, dari melihat-lihat hingga melamar ke semua perusahaan
Magetan, IDN Times – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Magetan membantah tudingan bahwa pelaksanaan Job Fair 2025 hanya sebatas acara seremonial belaka seperti yang viral di media-media sosial (Medsos). Kepala Disnaker Magetan, Arif Ridwan, menegaskan bahwa kegiatan ini digelar secara serius dengan proses seleksi ketat terhadap perusahaan peserta.
“Jangan cuma datang meramaikan, buka lowongan tapi proses rekrutmennya tidak jelas. Kami tekankan agar perusahaan yang bergabung benar-benar butuh pekerja,” tegas Arif saat membuka acara Job Fair di GOR Ki Mageti, Rabu (10/6/2025), bersama Bupati Magetan.
1. Digelar hybrid, 67 perusahaan terlibat

Menurut Arif, Magetan Job Fair (MJF) 2025 ini digelar dalam dua format offline selama dua hari dan online dua hari. Total ada 67 perusahaan yang ikut ambil bagian, baik secara langsung maupun daring. Selama pelaksanaan offline, setiap harinya ada antara 40 hingga 80 perusahaan yang membuka lowongan kerja.
Antusiasme pencari kerja disebutnya juga tinggi. Hingga hari, Disnaker mencatat sudah ada sekitar 6.000 pelamar telah mendaftar untuk memperebutkan sekitar 16.000 posisi kerja yang tersedia.
Meski jumlah pelamar cukup besar, Arif menegaskan bahwa kuantitas bukanlah ukuran utama kesuksesan. “Yang kami harapkan adalah hasil nyata. Jangan hanya kumpulkan CV tanpa ada kejelasan tindak lanjut rekrutmen,” ujarnya.
2. Upaya serius tekan pengangguran

Menurut data Disnaker, tingkat pengangguran terbuka di Magetan saat ini berada di angka 3,28 persen atau sekitar 13.000 orang. Angka ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,16 persen, dan jauh lebih rendah dari masa pascapandemi COVID-19 yang sempat menyentuh angka 4,38 persen.
“Job fair ini memang salah satu strategi utama menekan pengangguran, jadi tidak boleh dijalankan asal-asalan,” ujar Arif.
Untuk memperluas akses dan mencegah lonjakan peserta di lokasi, Disnaker membuka pendaftaran secara daring sebelum acara offline dimulai. Langkah ini juga dinilai efektif dalam menyebarkan informasi ke berbagai wilayah.
Arif menegaskan pihaknya akan terus memantau dan mengevaluasi seluruh perusahaan peserta. “Kami akan minta laporan dari semua perusahaan yang terlibat. Jangan sampai acara ini cuma formalitas tanpa hasil konkret,” tegasnya.
3. Pelamar andalkan strategi masing-masing

Sementara itu, para pelamar yang mayoritas berasal dari lulusan baru tampak punya strategi masing-masing. Faturahman (20), salah satu pencari kerja, mengaku memilih melihat-lihat dulu sebelum mengajukan lamaran.
“Lihat dulu aja, nanti kalau ada yang cocok baru saya lamar. Cari yang kriterianya ringan dan gajinya gede,” ujarnya.
Berbeda dengan Tyas (19), lulusan asal Karangrejo, yang memilih melamar ke semua perusahaan yang tersedia. “Daftarin semua yang ada, biar peluangnya besar. Siapa tahu ada yang nyangkut, lumayan bisa kerja dekat rumah dan gajinya bagus,” katanya.
Mereka berharap job fair ini benar-benar membuka peluang kerja nyata, bukan sekadar acara tahunan yang viral tapi tanpa hasil. Tidak ada tenaga kerja yang tidak terserab.